Notification

×

Indeks Berita

Nol Korban Meninggal, Ini yang Dilakukan Pemerintah Vietnam Tangani Corona

Jumat, 15 Mei 2020 | Mei 15, 2020 WIB Last Updated 2020-05-15T07:00:33Z
padanginfo.com - VIETNAM - "Kalian tak perlu khawatir, di antara bangsa Vietnam tak ada yang menang atau kalah. Hanya bangsa Amerika yang dikalahkan,"

Begitulah bunyi pernyataan terkenal Kolonel Bui Tin dari Vietnam Utara saat menerima pernyataan menyerah dari Vietnam Selatan.

Pernyataan pada 30 April 1975 tersebut menandai berakhirnya Perang Vietnam sekaligus membuktikan ketangguhan Vietnam yang berhasil memukul mundur Amerika Serikat yang pada saat itu dipandang sebagai negara adidaya.

Hari ini, 45 tahun berselang. Vietnam kembali mencatatkan sebuah pencapaian membanggakan yang bahkan tidak bisa dicapai oleh Amerika Serikat, Italia, Inggris dan sejumlah negara maju lainnya.

Vietnam berhasil mengendalikan pandemi virus corona yang melanda seluruh dunia. Tidak ada korban meninggal dunia akibat virus corona yang terjadi di Vietnam sampai sejauh ini.

Sementara itu, seperti dilansir kompas.com, total kasus infeksi virus corona penyebab Covid-19 yang tercatat di laman Worldometer hingga hari Jumat (15/5/2020) sebanyak 312 kasus dengan 260 pasien dinyatakan sembuh.

Cukup mengejutkan 

Pencapaian ini cukup mengejutkan, mengingat negara ini berbatasan langsung dengan China, tempat virus corona penyebab Covid-19 diyakini berasal.

Selain itu, negara ini juga memiliki populasi cukup besar yakni 90 juta jiwa dengan pendapatan per kapita yang 22 kali lebih rendah dari Australia, dan jelas bahwa Vietnam tidak lebih kaya dari Singapura.

Namun, bila dibandingkan dengan Singapura yang mencatatkan total kasus sebanyak 26.098 kasus dan 21 kematian, maka Vietnam bisa lebih baik dalam penanganan pandemi ini.

"Australia benar-benar fokus pada Singapura tetapi Singapura adalah salah satu kegagalan terbesar di dunia saat ini," kata Mike Toole, spesialis penyakit menular dari Burnet Institute yang berbasis di Melbourne, dilansir dari ABC (13/5/2020).

Apakah prestasi Vietnam bisa dipercaya? 

Vietnam adalah negara satu partai yang otoriter, dan terkenal sangat ketat dalam berbagi informasi.

Tetapi sebagian besar ahli percaya bahwa pemerintah Vietnam menyampaikan data statistik virus corona dengan jujur.

Huong Le Thu, seorang analis di Australian Strategic Policy Institute, mengatakan bahwa laporan dari organisasi internasional, ahli epidemiologi asing dan bahkan duta besar Australia untuk Hanoi yang mengakui validitas data pemerintah Vietnam, membuatnya "tidak punya alasan" untuk meragukan angka-angka tersebut.

Kantor berita Reuters melaporkan tidak ada satu pun dari 13 rumah duka yang dihubungi di Hanoi yang mengalami peningkatan pemakaman selama pandemi.

"Saya tahu pernyataan saya ini terdengar tidak masuk akal, tetapi saya tidak melihat ada yang salah dari data tersebut," kata Sharon Kane, direktur divisi negara Vietnam di Plan International, sebuah LSM yang berfokus pada kesehatan masyarakat.

Kane menyebut bahwa pemerintah Vietnam telah mengakui sejak awal bahwa negara mereka hanya memiliki sumber daya kesehatan terbatas, sehingga pemerintah mengambil langkah cepat untuk mencegah wabah ini menyebar luas.

"Ada pelaporan yang jujur oleh Pemerintah Vietnam sejak awal Januari tentang terbatasnya sumber daya kesehatan yang tersedia jika epidemi ini terjadi, sehingga Vietnam dengan cepat berusaha menjaga wabah tetap terkendali," kata Kane.

Sementara itu, Profesor Toole memuji langkah pemerintah Vietnam yang tidak menganggap remeh bahaya dari Covid-19.

"Mereka tidak berpura-pura tenang dan menganggap penyakit ini hanya seperti flu. Mereka menjelaskan gejala penyakit ini pada masyarakat, kemudian mereka memberi tahu orang-orang tempat mereka bisa mendapat pengujian virus," kata Profesor Toole.

Pengujian, pelacakan dan komunikasi publik yang baik 

Kunci keberhasilan Vietnam adalah pengujian strategis, penelusuran kontak yang agresif, dan kampanye komunikasi publik yang efektif.

Bagian terpenting adalah, Vietnam melakukan hal-hal ini dengan cepat.

"Sejak awal, mereka paham bahwa ini adalah sesuatu yang sangat serius, mereka sadar bahwa virus ini dapat menginfeksi semua orang," kata Dr Le Thu.

Melaporkan kasus pertamanya pada 22 Januari, Vietnam dengan cepat bergerak untuk membentuk gugus tugas yang dikenal sebagai Komite Pengarah Nasional tentang Pencegahan dan Kontrol Covid-19.

"Penilaian risiko pertama dilakukan pada awal Januari, segera setelah kasus-kasus di China mulai dilaporkan," kata perwakilan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk Vietnam, Kidong Park.
Profesor Toole mengatakan bahwa Vietnam mungkin bertindak lebih cepat daripada negara mana pun di dunia di luar China.

Pada 1 Februari, maskapai penerbangan Vietnam Airlines mengumumkan penghentian semua penerbangan dari rute China, Hong Kong dan Taiwan.

Perbatasan juga ditutup segera setelah pengumuman itu, serta penutupan semua penerbangan internasional yang menyusul pada 21 Maret.

"Ada banyak pelajaran dari epidemi SARS tahun 2003, dan Pemerintah secara bijak belajar dari pengalaman ini dan bertindak secara bertanggung jawab," kata Kane.

Mereka yang kembali ke Vietnam diharuskan untuk menjalani karantina selama 14 hari di fasilitas yang didanai dan dioperasikan oleh Pemerintah.

Vietnam telah mengisolasi semua orang yang bahkan dicurigai terinfeksi. Puluhan ribu orang telah dikarantina. Pada awal Maret, para ilmuwan Vietnam telah mengembangkan beberapa alat uji berbiaya rendah.

"Pada saat itu, AS bahkan tidak memiliki tes yang efektif, sementara pada saat yang sama Vietnam memiliki tiga," kata Profesor Toole.

Perbanyak laboratorium 

Jumlah laboratorium yang dapat menguji Covid-19 di Vietnam juga terus bertambah, dari hanya tiga laboratorium pada Januari menjadi 112 pada April.

"Vietnam telah memilih strategi 'berbiaya rendah' untuk melakukan pengujian pada mereka yang diisolasi daripada melakukan pengujian skala besar yang mahal," kata Ton Sinh Thanh, mantan duta besar Vietnam untuk India.

"Banyak tes dilakukan kepada orang-orang yang berisiko tinggi terpapar, seperti yang ada di pasar di Hanoi," ujar Thanh.

Pada akhir April, Vietnam telah melakukan lebih dari 260.000 tes atau sebesar 2.691 tes per satu juta populasi.

Propaganda cinta negara 

Sementara itu mesin propaganda Vietnam dimobilisasi untuk mendorong perilaku bersih dan sehat seperti mencuci tangan menggunakan sabun atau hand sanitizer.

Pemerintah mewajibkan penggunaan masker di ruang publik pada 16 Maret, dan menjatuhkan hukuman keras bagi mereka yang tidak mematuhinya.

"Sudah menjadi masalah patriotisme untuk mencuci tangan dan tetap di rumah - sebuah pesan yang telah berhasil dikomunikasikan melalui berbagai bentuk seni populer dan propaganda tentang Covid-19," kata Dr Le Thu.

Slogan-slogan bernada nasionalisme seperti "tinggal di rumah adalah mencintai negara Anda", "menjaga jarak sosial adalah bentuk patriotisme", dan "virus adalah musuh Anda" cukup banyak digunakan di Vietnam.

"Pemerintah sangat kreatif. Setiap hari, berbagai bagian Pemerintah akan berbagi informasi kepada warga," kata Toole.

Vietnam kembali berbisnis 

Dengan tidak ada kasus lokal yang dilaporkan dalam hampir sebulan, Vietnam telah membuka kembali bisnis dan tempat wisata.

Sekolah telah dibuka kembali, sembari mematuhi pada himbauan pembatasan jarak sosial, serta melakukan pengecekan suhu pada anak-anak dan memberi mereka hand sanitizer.

Kota Ho Chi Minh, kota metropolitan terbesar dan paling padat di Vietnam dengan penduduk sekitar 9 juta orang, membuka kembali jaringan busnya minggu ini.

Vietnam Airlines mengatakan akan memulai kembali semua penerbangan domestik pada awal Juni.
Surat kabar yang terkait dengan pemerintah, Tuoi Tre melaporkan bahwa setelah pemerintah Kota Ho Chi Minh mencabut penutupan pada tempat-tempat hiburan seperti pub, bioskop, dan sauna pada hari Jumat, distrik backpacker kota itu kembali ramai.

Pariwisata 

Tempat-tempat wisata, termasuk makam untuk mendiang presiden Ho Chi Minh di Hanoi, juga telah dibuka kembali.

Pariwisata adalah bagian penting dari ekonomi Vietnam, yang secara langsung mempekerjakan 750.000 orang dan menyumbang hampir 8 persen dari PDB pada tahun 2017.

Ekonomi Vietnam telah menerima pukulan serius dari pandemi virus corona, mencatat tingkat pertumbuhan 3,8 persen pada dekade pertama di kuartal pertama 2020.

Dengan pembatalan penerbangan dan larangan bepergian mungkin akan tetap berlaku di masa mendatang, pihak berwenang Vietnam kini berupaya mengimbangi konsekuensi ekonomi jangka panjang dari virus corona.

Pemerintah minggu ini mengumumkan kampanye yang disebut "orang-orang Vietnam melakukan perjalanan ke Vietnam", yang bertujuan mempromosikan pariwisata domestik ketika negara itu keluar dari lockdown.

Sementara Vietnam terus memulangkan warga negaranya, ancaman virus corona yang dibawa dari luar negeri tetap ada. Pihak berwenang baru-baru ini mengkonfirmasi 20 kasus yang berasal dari luar negeri.

"Sekarang, risiko Covid-19 berada di tingkat rendah, dan itu hal yang baik, tapi kita harus tetap waspada," kata Perdana Menteri Nguyen Xuan Phuc pekan lalu.(*)

Tag Terpopuler

×
Berita Terbaru Update