Notification

×

Indeks Berita

Pemerintah Diingatkan Ancaman Inflasi Mulai Terasa dari Kenaikan Harga LPG-Non Subsidi

Selasa, 08 Februari 2022 | Februari 08, 2022 WIB Last Updated 2022-02-08T09:49:58Z

Dr. Handi Riza (dok)

padanginfo.com-
JAKARTA- Dr. Handi Riza mengingatkan pemerintah pada tahun 2022 Indonesia menghadapi tantangan yang tidak ringan. Ancaman inflasi mulai terasa, terutama dari kenaikan harga LPG Non-Subsidi, minyak goreng, serta bahan makanan.


“Inflasi diperkirakan akan menggerus daya beli masyarakat kelas bawah dan menengah. Pada saat yang sama pembukaan lapangan pekerjaan masih belum pulih seperti sebelum terjadinya Covid-19.” katanya,  Ekonom Universitas Paramadina di Jakarta, Selasa (8/2) 


Kondisi tahun 2022 menurut Handi akan semakin berat, mengingat Pemerintah mulai mempersiapkan konsolidasi fiskal untuk memasuki defisit anggaran kembali normal dibawah 3% dalam APBN 2023. Ditambah beban bunga utang yang mesti dikeluarkan makin besar.


“Praktis ruang fiskal yang dimiliki Pemerintah akan semakin mengecil. Sementara kondisi ketidakpastian global dan domestik akibat serangan Virus Covid-19 varian Omnicorn sedang beranjak naik menuju puncak. Tantangan 2022 akan semakin berat, sebaiknya Pemerintah fokus untuk mengawal perekonomian nasional, ketimbang membangun Ibu Kota Negara yang tidak penting dan mendesak untuk saat ini.” sebutnya . 


Dibagian lain Handi Riza melihat, ekonomi Indonesia triwulan IV-2021 terhadap triwulan IV-2020 mengalami pertumbuhan sebesar 5,02 persen (y-on-y). Sedangkan secara kumulatif perekonomian Indonesia tahun 2021 tumbuh sebesar 3,69 persen.


“Dengan melihat trend windfall harga barang komoditas terutama CPO dan Batu Bara dan pertumbuhan ekonomi pada tahun sebelumnya yang low base masih terkontraksi sebesar 2,07%, seharusnya pertumbuhan ekonomi bisa mencapai angka 5%.” Katanya.  


Handi Riza, yang juga wakil Rektor Universitas Paramadina ini juga menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2021 masih ditopang oleh belanja Kesehatan dalam menghadapi Covid-19 khususnya varian Delta pada pertengahan tahun.


“Hal ini terbukti dari lapangan usaha yang mengalami pertumbuhan tertinggi adalah Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 10,46 persen. Tetapi sektor manufaktur dan industri pengolahan belum tumbuh seperti yang diharapkan. Terhambatnya pertumbuhan ekonomi tahun 2021 tidak bisa dilepaskan dari lemahnya antisipasi Pemerintah dalam menghadapi varian Delta pada Triwulan III-2021.” Katanya.


Seperti yang sudah diperkirakan sebelumnya lanjut Handi, pertumbuhan PDB menurut pengeluaran tertinggi terjadi pada Komponen Ekspor Barang dan Jasa, khususnya barang-barang komoditas pertambangan dan perkebunan sebesar 24,04 persen, diikuti Komponen belanja Pemerintah sebesar 4,17 persen. Sedangkan komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) atau investasi sebesar 3,80 persen, baru kemudian Konsumsi Rumah Tangga sebesar 2,02 persen. (*/ak)


Tag Terpopuler

×
Berita Terbaru Update