Notification

×

Indeks Berita

Bakso Mas Tono Dikenal Enak dan Gurih

Minggu, 23 Februari 2020 | Februari 23, 2020 WIB Last Updated 2021-12-31T08:55:18Z
Mas Tono
PADANG-padanginfo.com- Sukses membuka usaha bakso di Padang, bukan membuat Tono lupa diri. Ia pernah bekerja membanting tulang sebagai buruh . Itu dilakoninnya, di kampung kelahirannya, daerah Karanganyar, Solo, Jawa Tengah.

Ia harus bekerja siang-malam membangun jembatan, jalan dan gedung perkantoran. Ini dilakukannya  untuk membantu perekonomian ayah-ibunya. Si bungsu dari 7 orang bersaudara itu sadar benar bahwa orang tuanya tidak akan kuat lagi bekerja sebagai petani, karena faktor usia. Itu sebab, ia ingin bekerja keras guna membahagiakan orang-orang dicintainya.

Keberhasilan Tono bukan semuda membalik telapak tangan.  Sebab  didalam hatinya telah tertanam semangat hidup, yaitu ingin sukses. Kisah sukses  berawal pada Tahun 1979. Saat  itu, ia mendapat  tawaran dari teman sekampung berkerja di Padang. Tapi ayah-ibunya keberatan melepas Tono merantau.

“Kalau kamu mau merantau, ya di daerah dekat-dekat saja,” kata Tono meniru ucapan ibunya. Namun Tono tetap nekad, setelah menyakini orang tuanya. Bahwa dia akan  mengubah jalan kehidupan yang lebih baik. Tono  pun berangkat ke Padang, menumpangi kapal Bogowonto.

Di Padang, ia bekerja sebagai pelayan miso Raya, persis di halaman pojok Bioskop Raya. Miso, milik  mas Giarto itu dikenal laris-manis. Setelah mendapat pengalaman meracik resep miso (sekarang bakso), Tono berhenti. Di situ  Tono bekerja hanya sekitar 3 tahun.

Kemudian Tono membuka usaha  sendiri. Ia ingin hidup mandiri.  Ia  mulai berjualan bakso gerobak dari gang ke gang, masuk kampung ke luar kampung di kawasan Jati, Pasar Alai, Ampang, Padang Baru Timur, Tamsis hinga ke asmara Polisi, Jalan  Mangunsarkoro. Bakso Tono mulai dikenal dilingkungan tersebut. Usahanya maju. Berjualan , mendorong gerobak bakso itu dimulainya  dari tahun 1983-1985.

Setelah 2 tahun keliling kampung mendorong gerobak, ia akhirnya mangkal berjualan di depan pagar stasiun  TVRI, Jalan Jati Adabiah. Pelanggannya bukan saja karyawan TVRI dan siswa Adabiah, tapi juga dari gang-gang, tempat ia pernah jualan keliling.
Tahun 1989, ia melepas status lajanga. Kartini, istri yang dipersuntingnya, berasal dari Karanganyar, Solo, yang  juga satu kampung dengan Tono. Pasangan itu bertemu di kawasan Jati. Saat itu  Kartini,  sehari-hari  berjualan jamu gendongan. Namun, setelah berkeluarga, Kartini ikut membantu usaha suami jualan bakso. Pasangan ini, kini dikarunia dua orang

Pagi hingga sore, Tono berjualan di depan TVRI itu, dan menjelang petang, ia kembali berjualan di simpang Jembatan Adabiah.  Nama bakso mas Tono makin dikenal saja hingga sekarang di kwasan itu. Order pesanan  bakso untuk acara baralek , ulang tahun dan syukuran datang bertubi-tubi. “Saya harus siap melayani pesanan itu,” ujarnya. Saat itu, Ia baru memperkerjakan 10 orang karyawan, ditambah saudara kandungnya yang didatangi dari kampung

Bahkan, saat sehari sebelum lebaran, ia harus memenuhi  pesanan dari Walikota Padang  Mahyeldi. Juga pesanan dari Gubernur Sumbar, Kapolda Sumbar, Sekda Padang, Kapolresta Padang. “Sampai kini pesan bakso buat lebaran bagi pejabat itu masih berlangsung. Malah bila ada rapat di kantor Polda,  dan Polresta, mereka selalu memesan bakso,” ujar Tono, yang kini berusia 54 tahun.

Bukan itu saja, warung bakso yang dibangun permanen di Jalan Jati Adabiah Padang itu, tak berapa jauh dari simpang Jembatan Adabiah itu tak asing lagi bagi walikota Mahyeldi, mantan Rektor Unand Prof . Tafdil Husni, mantan Ketua KPU Pusat Alm. Husni Kamil Malik, Ketua Yayasan Adabiah, Prof. Alm Muchlis Muchtar, Dirut RS Semen Padang dr. Farhan Abdullah. “Mereka bila ada waktu sengang, kerap makan bakso di sini, ya langganan tetaplah,” tambah Tono.

Tono mengaku, baksonya yang digemari kalangan pejabat dan masyarakat Padang,  karena dikemas  dari daging sapi murni, sehinga rasanya enak,  gurih dan empuk. Pada tahun 2000-an, ia pernah menghabisi 150 Kg  daging sapi per hari. Selain bakso  super rudal beranak yang populer dikalangan anak remaja  itu ,Tono juga menjual mie pangsit. Menu yang ditawarkan dapat dijangkau oleh semua kalangan, dengan harga Rp.15.000 per porsi


Tono,  keberatan disebut sebagai pengusaha bakso yang  sukses, Namun ia  harus bersyukur atas rezeki yang diberikan Tuhan padanya. Ia tahu,  ada hak orang lain dalam rezeki yang diperolehnya . Itu  sebab, ia rutin membantu  anak yatim, membantu  keluarga tak mampu, termasuk ia mewakafkan sebagian tanahnya untuk pembangunan Mushala Al Iman , yang berada  tak jauh dari warung baksonya. Dari usaha bakso tersebut, ia juga memiliki aset tak bergerak sebagai investasi masa depan

Ia bercerita, warung bakso berlantai dua, miliknya itu, sebelumnya  adalah tempat ia menumpang bangku dan meja pada pemilik rumah. Sebab , setelah berumah tangga , ia  harus berjualan sampai malam di simpang Jembatan Adabiah. Namun ia tak menyangka, rumah tempat ia menitip bangku dan meja  di jalan Jati Adabiah itu, kemudian dibelinya.
Tono, ketika diwawancari padanginfo.com di kedai baksonya yang permanen,   Sabtu lalu, tiba-tiba menetes air mata. Ia teringat, ibunya menangis, ketika ia dilepas merantau ke Padang.

Sambil menangis, Tono mengisahkan niatnya tak kesampaian mengajak ayah-ibu menunaikan ibadah haji ke Mekah. Karena, Karyono, ayahnya meninggal tahun 1985, menyusul Maryam, ibunya tahun 1994. Tono dan keluarga telah dijadwalkan oleh biro haji  berangkat  5 tahun lagi untuk  menunaikan ibadah haji .Sebelumnya ia telah pernah menunaikan ibadah umroh. Semoga (asril koto)




Tag Terpopuler

×
Berita Terbaru Update