Notification

×

Indeks Berita

Begini Peristiwanya “...., Trauma Etnisitas Cina di Pariaman 1945” Buku Karya Armaidi Tanjung

Selasa, 24 Januari 2023 | Januari 24, 2023 WIB Last Updated 2023-01-24T03:38:04Z

 



Armaidi Tanjung bersama Wakil Presiden Ma'ruf Amin (Foto.dok. Armaidi)

padanginfo.com-
PADANG- Armaidi Tanjung adalah penulis buku yang produktif belakangan ini. Sudah belasan buku yang ditulisnya.


Kali ini buku berjudul “Tragedi Kanso, Trauma Etnisitas Cina di Pariaman 1945”, karya dia  diluncurkan  di Sekretariat Satupena Sumbar Jalan Cinduamato No. 13 Padang, Senen (23/1/2023).

 

Menurut Sekeretaris Satupena Sumbar ini,  buku ini menguraikan peristiwa kanso yang pernah terjadi di Pariaman saat peralihan kekuasan pemerintahan Jepang kepada pemerintahan Republik Indonesia yang baru dimerdekakan tahun 1945. 


Peristiwa kanso yang dilakukan pejuang-pejuang yang mendukung penuh kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia terhadap oknum warga keturunan Cina yang menjadi  mata-mata Jepang. 


“Beberapa tahun belakangan ini sudah mulai ada tulisan yang menyebutkan peristiwa itu terjadi tahun 1944. Padahal dari kronologis peristiwa kanso, peristiwa tersebut terjadi tahun 1945 seusai menyerahnya Jepang terhadap Sekutu yang disusul dengan proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia oleh Soekarno dan Mohammad Hatta,” kata Armaidi yang juga menulis buku, Kota Pariaman Dulu, Kini dan Masa Depan ini. 


Buku setebal 192 halaman diterbitkan Pustaka Artaz dengan pengantar dari Dr. Hasanuddin, M. Si. Datuk Tan Patih, dosen Universitas Andalas Padang. 


 “Buku  ini sangat penting dalam fenomena relasional antar etnik di Indonesia akhir-akhir ini. Sebab, dalam sejarah panjang keindonesiaan, mulai dari perjuangan pengusiran penjajah sampai merdeka dan melalui masa-masa sulit pengisian kemerdekaan yang hingga hari ini masih dipertanyakan apakah sudah berhasil atau tidak, slogan bhinneka tunggal ika masih tetap diuji,” kata Hasanuddin.


Dikatakan Hasanuddin, sebagai sebuah tragedi dalam masa revolusi fisik, apalagi didasari oleh tindakan pengkhianatan, sebagai mata-mata musuh, jelas “tragedi kanso” itu sulit untuk dikatakan sebagai tindakan intoleran terhadap kelompok etnis Cina di Pariaman.


Pengkhianatan yang dilakukan oleh oknum dari komunitas Cina saat itu telah menimbulkan banyak korban di pihak pejuang pribumi. “Akibatnya, upaya pejuang Republik untuk memperkuat diri dalam mempertahankan kemerdekaan dari penjajahan yang hendak berkuasa kembali (Belanda) mengalami hambatan sangat berarti,” tulis Hasanuddin. 


Hasanudin  merekomendasikan buku ini dibaca tuntas. Terlepas dari berbagai kelemahan yang ada, buku ini telah menghadirkan petaan histori, dudukkan posisi, dan tatapan masa depan multikultual di Kota Pariaman, Minangkabau, dan Indonesia pada umumnya yang harmoni. 


“Kebinekaan atau multikulturalisme adalah ibarat sebuah mozaik atau taman bunga yang asri, kebermaknaannya bukan pada kesewarnaan tapi justru pada realitas warna-warni. Implikasinya, dalam keniscayaan toleransi demi tatanan yang harmoni, keseragaman tidak dikehendaki, dan dinamika sosio kultural kebinekatunggalikaan justru pada pemertahanan perbedaan dengan penguatan jati diri,” tulis Hasan.


"Saya menyambut baik buku Tragedi Kanso ini. Agar kita bisa mengungkap sejarah, apa betul etnik Cina  ditolak di Pariaman? Baik juga buku ini dibaca para guru sejarah untuk mengajarkan ke muridnya hingga mengubah persepsi orang tentang Minangkabau terutama Pariaman," tutur Ketua DPD Satupena Sumatera Barat Sastri Bakry (ak)

Tag Terpopuler

×
Berita Terbaru Update