KJ ketika orasi budaya pada malam panggung ekpresif, di Taman Budaya, Jumat (13/1/2023) malam. Foto. Panitia
padanginfo.com-PADANG-Taman Budaya yang akan dibangun hotel lebih dahsyat dari gempa Pasaman. Sejumlah seniman menolak, dan ada yang meradang, sedang gempa Pasaman beritanya tidak sedahsyat ini.
Gempa-gempa "buatan" ini jangan sampai merubuhkan rumah besar seniman Sumatera Barat
Kalaupun ada yang menolak, sebaiknya ditolak dengan cara yang cerdas seperti malam Panggung Ekspresi ini. Sebagai manusia yang berpikir, kita harus menyiasatinya dengan konsep yang jelas.
Sejarah taman budaya telah melahirkan sejumlah seniman nasional, bahkan international. Media Sosial telah membuat kita jauh dari peradaban dan dalam diam pikiran kita diculiknya. Medsos punya mazab sendiri, itulah yang harus dilawan.
Itulah cuplikan pikiran wartawan dan novelis Khairul Jasmi (KJ) ketika menyampaikan orasi budaya di Taman Budaya Sumatera Barat, Jumat (13/1/2023) malam.
Malam itu, sejumlah seniman dan pesastra pada panggung ekpresif mengungkapkan keperihan hatinya, menyusul bakal dibangunan sebuah hotel berbintang di gedung zone C taman budaya. Disain hotel itu telah rampung lengkap dengan jumlah kamar.
Selain KJ, ada Yusrizal KW, Syarifuddin Arifin, Hermawan An, Erey Mefri, Moeslim Noor, dan pelaku seni lainnya tampil pada malam panggung ekpresif itu
Ungkapan-ungkapan isi hati mereka menentang pembangunan hotel dikemas dalam bentuk orasi, teater, puisi, manolog, tembang dan lainnya. Juga ada perupa yang menolak bangunan hotel lewat bahasa kanvasnya.
Seniman meradang. Di hadapan Gubernur Mahyeldi saat bersilaturahmi beberapa hari lalu, seniman menentang keras pembangunan gedung taman budaya yang beralih fungsi jadi hotel.
Kemudian KJ mengunci orasinya, "Taman Budaya punya sejarah panjang bagi kehidupan seni budaya daerah bisa hilang jejaknya akibat ruang bisnis yang lebih mementingkan aspek ekonomi dan mematikan ruang seni dan budaya yang berpijak pada kearifan lokal." (asril koto)