Notification

×

Indeks Berita

Jumat Subuh di Kampung Bustaman, Kampung Aneka Kuliner Kambing

Jumat, 17 Maret 2023 | Maret 17, 2023 WIB Last Updated 2023-03-17T13:01:00Z

Catatan Indra Sakti Nauli
Jurnalis padanginfo.com

Jalan-jalan di kota Semarang... 

Suara azan Subuh terdengar sayup-sayup dari lantai 6 sebuah hotel bintang 4 di Jalan MT. Haryono, Kota Semarang, Jumat 17 Maret 2023. Ini Jumat terakhir di bulan Syakban, Jumat depan adalah bulan  Ramadhan, puasa. 

Saya sudah menyiapkan diri sebelum azan Subuh berkumandang untuk shalat ke masjid terdekat dari hotel tempat menginap.  

Turun ke lantai 1 dan berjalan kaki lebih kurang 200 meter menuju Mushalla Al Barokah,  yang lokasinya terjepit di antara deretan rumah penduduk, di Kampung Bustaman. 

Kampung Bustaman adalah sebuah nama kampung yang terletak di Kelurahan Purwodinatan,   memiliki luas 0,6 hektar. Berpenduduk sekitar 500 jiwa. Kampung ini terdiri dari  2 RT.  Itu terlihat dari tulisan di  dua gerbang masuknya. 

Asal muasal kampung tersebut bermula dari sumur yang dibuat oleh  Kiyai Kertoboso Bustaman.  (1681-1759) Namanya dipakai untuk menyebut kampung tersebut.

Dari literasi media digital dan catatan  sejarah, Kampung Bustaman termasuk kampung tua di kota Semarang. Sudah ada sejak zaman Belanda dan tercatat sebagai kampung perjuangan dan juga menjadi bagian berkembangnya Islam di kota Semarang. 

Bukti sebagai kampung tua terlihat dari rumah-rumah penduduk yang saling berdempet dinding. Pintu,  jendela dan kusen masih orisinil model tempo doeloe. 

*
Ada pemandangan menarik apabila kita masuk gang kampung Bustaman menjelang shalat Subuh.  Hampir seluruh teras rumah sibuk mengolah kuliner kambing. Rata-rata di tiap rumah terlihat dua ekor kambing dalam ukuran besar digantung di balok yang sudah disiapkan untuk memotong-motong daging kambing yang sudah disemblih sesuai kebutuhan.
Menjelang langkah kaki menuju musholla Barokah,  aroma kambing siap dipotong dan bumbunya tercium tajam. Ada yang mengolahnya menjadi sate, gulai, tongseng, maupun rendang. 

Sepintas tak ada yang membedakan antara Gulai Bustaman dengan masakan gulai kambing pada umumnya. Di Gulai Bustaman juga terdapat kuah yang kaya rempah dan berwarna kuning yang merupakan.

Hanya saja, jika masakan gulai kambing kebanyakan menggunakan santan, gulai khas Bustaman tidak. Sebagai ganti santan, gulai khas Kota Semarang itu menggunakan minyak kelapa yang dihasilkan dari parutan kelapa yang telah digoreng atau srundeng.

“Yang membedakan gulai Bustaman dengan gulai kebanyakan adalah kuahnya.  Gulai kambing khas Bustaman tidak menggunakan santan, tapi rempah-rempah khas Arab, seperti kapulaga, kayu manis, jintan, dan srundeng. Itu yang membuat rasanya tetap gurih,” sebut Bude Yasmi,  seorang pedagang di sana. 

"Sangat beda dengan gulai kambing awak di Padang. Saya bukan maniak gulai kambing. Tapi kali ini jadi kecanduan. Rasa kuahnya sedap, " sebut Almudatsir,  seorang wartawan  asal  Padang yang sedang berkunjung ke Semarang. 

“Kalau di Padang ada yang pakai santan.  Santan kan kandungan lemaknya tinggi. Kalau dimakan sama daging  kadar lemaknya jadi tinggi sekali. Kalau ini kan ndak pakai santan, jadi lemaknya tidak terlalu banyak. Jeroannya juga tidak amis.  Beda dengan di tempat kita. ” kata Aang,  panggilan akrab Almudatsir.  

,"Saya tadi sudah booking,  takut kehabisan. Nanti jam 12 ke sana, " sebut Novrianto Ucok,  Ketua Forum Wartawan Parlemen DPRD Sumbar yang sudah membooking pesanan pada pukul 10 pagi di satu warung di Kampung Bustaman. 

Apa yang membedakan gulai kambing Padang dengan gulai kambing Kampung Bustaman? 

"Kalau harga tak jauh beda. Di Padang banyak kuah. Dagingnya 8 potong.  Di Semarang banyak dagingnya, " seloroh Ucok. 

**
Tak ada alarm Iqamat di mushalla berukuran 12 m x 8 m. Jamaah laki-laki ada sekitar 20 orang,   sudah penuh dua shaf.  Jemaah perempuan ada 5 orang. Waktu Subuh masuk 5 menit lagi. Takmir masjid mengumandangkan shalawat lewat pengeras suara  jelang shalat berjamaah dimulai. 

Ketika shalat dimulai,  imam tak lagi memakai mic. Ini hari ketiga saya shalat Subuh di Kampung Bustaman. 

Di Jumat terakhir bulan Syakban ini,  imam membacakan surat At-Takasur yang artinya  mengingatkan kita   bahwa apa yang  kita  miliki di dunia hanyalah titipan dari Allah SWT. Jika suatu saat diambil, maka kita tidak memiliki apapun.

Anda berwisata ke Semarang,  tak lengkap kalau tak mencicipi  aneka olahan kambing Kampung Bustaman. -

Tag Terpopuler

×
Berita Terbaru Update