Notification

×

Indeks Berita

Lawang Sewu, Bangunan Seribu Pintu, Tak Lagi Rumah Hantu

Kamis, 16 Maret 2023 | Maret 16, 2023 WIB Last Updated 2023-03-16T01:01:25Z

Catatan: Indra Sakti Nauli
Wartawan Padanginfo.com

Lima belas tahun yang lalu,  saya berkunjung ke sini, bangunannya hanya bisa dilihat dari luar. Karena di dalam masih centang perenang. Gelap. Dinding kaca bangunan tiga lantai ini   jorok dan terkelupas. Dinding beton penuh coretan  vandalisme.  Sejumlah orang yang berkunjung tetap ingin tahu, ada apa di dalam bangunan yang disebut-sebut  dihuni banyak hantu itu..

Itulah Lawang Sewu.  Sebuah bangunan peninggalan Belanda yang terletak di Simpang 5, jantung kota Semarang,  Jawa Tengah. 

Bangunan ini dulunya menjadi aset Perumka,  Perusahaan Umum Kereta Api. Karena awalnya adalah kantor maskapai kereta api yang dibangun Belanda. 

Mungkin karena begitu besar.  Perumka tidak bisa merawatnya. Kini setelah menjadi BUMN,  PT. KAI,  menjadikan Lawang Sewu bagian dari aset sejarah perkeretaapian Indonesia. 

Saya berkesempatan berkunjung kembali ke sini,  Rabu 15 Maret 2023. Kondisinya sangat jauh berbeda ketika berkunjung  belasan tahun lalu.  

Kalau dulu hanya bisa melihat bagian luar saja. Kini sudah bisa masuk ke dalam. Melihat sisi-sisi dalam bangunan seluas 18,2 hektar itu. 

Kisah Lawang Sewu bermula dari pembangunan gedung untuk operasionalisasi perusahaan kereta api Hindia Belanda atau Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (NISM).


Awal abad ke-20 atau pada 1900, pembangunan Lawang Sewu dimulai dan selesai tahun 1904.


Sejumlah arsitek terkenal Belanda di zaman itu ikut menyumbang merancang desain pembangunan Lawang Sewu, di antaranya Jacob F. Klinkhamer dan B.J. Ouendag. Nama arsitek ini tertulis pada prasasti marmar setinggi 1 meter di tangga menjelang ke lantai 2.


Bangunan Lawang Sewu dirancang memiliki jendela dan pintu yang sangat banyak sebagai sistem sirkulasi udara.


Karena pintunya sangat banyak, masyarakat menganggap jumlahnya seribu sehingga disebut sebagai Lawang Sewu. Padahal jumlah keseluruhan pintu dicatatkan 928 buah. Masih kurang 72 pintu lagi. 


Deretan seribu pintu. 

Selain jumlah pintunya, keunikan Lawang Sewu juga terletak pada ornamen kaca patri yang menceritakan banyak hal bersejarah.


Kaca patri dan lukisan sejarah

Lawang Sewu yang sudah menjadi Cagar Budaya Nasional ini direnovasi semasa Gubernur Jawa Tengah Bibit Waluyo. 


 Mantan Pangkostrad ini mengerahkan pasukan tentara untuk membersihkan bangunan sebelum direhab sesuai aslinya.

Lawang Sewu kemudian dibuka untuk umum pada pertengahan 2011 setelah diresmikan oleh Ibu Negara Ani Yudhoyono. 


Ketika saya bertanya seloroh  kepada Yanto,  satu petugas securiti di sana menjawab,  pada malam hari masih terdengar bunyi-bunyi aneh. Suara tangisan perempuan dan suara gaduh dari satu ruangan. 


Tidak takut,  mas..? 

"Istigfar aja,  Pak..Baca yasin.." 


"Serem juga ya..Tapi view untuk foto-foto bagus semua.. "  ujar Fitri dan Aila, dua orang jurnalis perempuan asal Padang sambil mengusap tengkuknya mendengar cerita kisah dari dunia lain itu. 


Aila dan Fitri, dua jurnalis perempuan dari Padang di satu momen foto. 


Memang dari satu ruangan di Lawang Sewu, ada ruangan yang dipakai dulunya sebagai ruang penyiksaan oleh penjajahan Belanda dan kemudian oleh Jepang sebagai penjajah berikutnya. Kusah yang sama juga terjadi di Lobang Jepang Bukittinggi, Sumatera Barat.


Kini masuk Lawang Sewu tak lagi gratis. Tanda masuk dibandrol Rp20.000 dewasa dan Rp10.000 untuk pelajar dan anak-anak.  


Bila Anda berkunjung,  sudah ada pemandu wisata yang siap bercerita tentang sejarah dan kisah heroik yang mencekam. 


Saat saya mengitari area Lawang Sewu bersama rombongan studi banding Forum Wartawan Parlemen Sumatera Barat dipimpin Ucok Novrianto,   ruangan yang boleh dimasuki untuk umum hanya di lantai 1.  Ruangan di lantai 2 dan 3 serta bangunan di sisi belakang sedang direnovasi. Tidak bisa dimasuki. -









Tag Terpopuler

×
Berita Terbaru Update