FGD Kebudayaan Tionghoa di Padang me nampilkan pembicara dosen UNP Dr. Erniwati dan Anggota DPRD Sumbar Albert Indra Lukman serta dibuka Kadis Kebudayaan Sumbar Syaifullah. Foto. ASKO
persen warga Tionghoa di Padang tidak bisa berbahasa Tionghoa. Ini disebabkan sejumlah faktor.
"Karena mereka di Padang sudah generasi ke-8 yang lebih mengutamakan beradapsi dengan masyarakat lokat. Kemudian faktor perkawinan, mereka kawin dengan suku Minang dan etnik lainya, sehingga lebih mengutamakan bahasa lokal jika anak mereka lahir, " ujar Dr. Erniwati.
Erniwati mengakui sejak dibuka kursus bahasa Mandari di Padang, mereka terutama anak banyak mengikuti kursus teserbu
DIbagian lain dikatakab ,tradisi merantau bukan saja didominasi orang Minang tapi juga melekat pada orang Tionghoa. Warga Tionghoa merantau ke Padang sama dengan orang minang yakni mencari keberuntungan melalui skill masing-masing
Demikian dikatakan Dr Erniwati selaku pembicara Fokus Group Discussion (FGD) juga.menampilkan pembicara Albert Indra lukman yang diikuti peserta lomba dan kalangan Jurnalis, Rabu (17/5/2023)
Di Sumatera Barat, kata peneliti sejarah dari UNP itu, bukan saja ada di Padang, tapi juga ada hampir seluruh bahkan di pedalaman di daerah ini.
Di pedalaman Limapuluh Kota, Solok datang dari Pesisir pantai Barat Pariaman mereka hidup dan beradapsi dengan masyarakat asli. Kemudian di zaman VOC, mereka datang ke Padang karena Padang sebagai pusat perdagangan.
"Maka Tionghoa ada di daerah daerah Sumatera Barat, mereka hanya berdagang dari pasar.ke pasar," jelas Dr Erniwati.
Meski mereka tersebar di daerah namun pusat perdagagan ada di Padang.
Dalam perkembangannya warga Tionghoa di Padang memiliki organisasi seperti Himpunan Tjinta Teman Organisasi ini adalah wadah agar mereka bersatu, misalnya mengadakan tempat pemakaman dan lainnya.
"Wadah inilah yang menjadi pengembangan budaya Tionghoa di Padang hingga turun temurun sampai hari ini (ak)