Mereka berlomba meracik. Kopi yang diolah yaitu jenis robusta yang diproduksi oleh para pelaku usaha penggilingan kopi di Kelurahan Bukik Apik.
Wali Kota Bukittinggi, M Ramlan Nurmatias, usai pembukaan lomba menyebutkan produk kopi Bukit Apik sudah lama terkenal dan banyak dicari orang. Hanya saja, belakangan produk kopi itu tidak murni kopi lagi.
"Sudah banyak yang dicampur, Tidak murni kopi lagi. Jadi sudah ditinggalkan orang," jelasnya.
Diakuinya, sebagai daerah wisata yang terkenal dengan hawanya yang dingin, keberadaan produk kopi sangat berpotensi yang dikembangkan di Bukittinggi. "Dan Bukittinggi punya produk kopi lokal sendiri," ujarnya.
Menurutnya, pihak pemko mencoba mencari cara untuk mengangkat kembali kopi Bukik Apik sehingga dilaksanakan lomba meracik kopi di ikon wisata daerah itu yaitu Jam Gadang.
"Melibatkan para barista yang berkecimpung di "coffee shop" sebagai peserta lomba dan pelaku usaha penggilingan kopi Bukik Apik, tentu akan menjadi moment agar kopi Bukittinggi bisa seterkenal kotanya," tuturnya.
Kopi Bukik Apik diharapkan bisa kembali jadi produk paling dicari wisatawan ketika ke Bukittinggi seperti halnya kerupuk sanjai dan nasi kapau.
"Untuk barista pemenang lomba, kami akan fasilitasi agar bisa berjualan di taman-taman di Bukittinggi, namun kopi yang dijual adalah kopi Bukik Apik," tambahnya.(pci)
