Pelita Desa mengirim sejumlah relawannya ke INS Kayutanam untuk menularkan berbagai program kerja dalam rangka meningkatkan kemandirian institusi sekolah dalam menjalankan aktifitas pendidikan.
"Kita harapkan INS Kayutanam ini makin mendiri sehingga mampu menjalankan aktifitas pendidikan dengan swadaya. Caranya adalah dengan mengaktifkan sejumlah kegiatan ekonomi yang potensinya dipunyai sendiri," jelas Prof Dr Samsuridjal Djauzi SpPD-KAI, pendiri Yayasan Pelita Ilmu menjawab padanginfo.com, Rabu (31/10/2018) di Kayutanam.
Bersamaan dengan itu, siswa dilatih untuk berwirausaha terutama yang punya talenta bisnis sehingga mampu mandiri. Siswa yang sebelumnya mendapatkan beasisiwa, diharapkan mampu mandiri dan membiayai pendidikan dari hasil usaha yang dijalankan.
Mengadopsi apa yang sudah dijalankan di Bogor, pihak Pelita Desa juga akan pengembangan sarana wisata maupun produk pertanian, peternakan, perikanan ataupun produk unggulan lainnya. Dalam membantu kemandirian SMA INS Kayutanam, aktivis Pelita Desa menggunakan pendekatan dengan cara melatih siswa dengan memanfaatkan kemajuan informasi dan teknologi.
"INS Kayutanam dengan kawasan pendidikan yang cukup luas dinilai sangat potensial untuk dikembangkan. Wisata outbound memungkinkan sekali. Juga pengembangan pertanian dan perikanan," jelas Samsuridjal optimis. Terlebih kawasan pendidikan INS Kayutanam berada di pinggir jalan lintas Padang-Bukittinggi yang ramai.
Salah satu potensi yang digarap adalah membangun kafe dan kedai produk makanan tradisional Minang serta cenderamata. Meski masih dalam tahap pembangunan, namun kafe dengan nama "Talenta Cafe dan Mart' yang persis di pinggir jalan Padang-Bukittinggi itu sudah mulai beraktifitas. Rabu kemarin diresmikan operasionalnya.
Diungkapkannya dokter yang pernah menjabat Direktur Utama Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta ini, komplek rekreasi outbound dan edukasi yang dikelola di Bogor diutamakan bagi para pelajar. Luasnya mencapai 3 hektar berada di desa Putat Nutug, Ciseeng. Setiap pekannya, tidak kurang dari 2000-an orang yang datang.
"Penyelenggaraan kegiatan wisata ini melibatkan penuh warga setempat. Hanya ada sedikit warga yang berasal dari Jakarta dari sekitar 200 orang warga yang terlibat, baik sebagai pelatih, penyedia konsumsi, pembersih lahan maupun pedagang setempat. Jadi, selain melaksanakan pendidikan dan wisata, kita juga berkomitmen meningkatkan perekonomian warga desa setempat," papar guru besar Kedokteran UI kelahiran Bukittinggi itu.
Samsuridjal Djauzi dikenal sebagai dokter yang berdedikasi tinggi pada dunia kesehatan dan pendidikan itu berkomitmen menularkan keberhasilan pengelolaan Pelita Desa kepada semua pihak dan institusi di Sumatera Barat yang punya kemauan untuk itu.
"Pelita Desa akan lebih banyak menggunakan potensi dan dana yang ada untuk mendukung masyarakat, menyiapkan penggunaan teknologi serta membangun jaringan pertemanan yang luas. Pertumbuhan asset bukan merupakan tujuan Pelita Desa. Pelita Desa lebih mengutamakan manfaat bagi masyarakat luas," jelasnya.
Namun, sebutnya, Pelita Desa hanya akan memberi dukungan ke mitra yang memang berniat dan siap untuk memajukan desa dan pendidikannya. Pelita Desa akan menyediakan berbagai fasilitas, jika mitra di desa terutama remaja, memang sudah mulai berupaya membangun desa mereka.
Jaringan pertemanan Pelita Desa tidak hanya sebatas di dalam negeri tapi juga terbuka untuk menjalin pertemanan dengan negara-negara lain. Pelita Desa akan berubah dari organisasi desa menjadi organisasi nasional bahkan diharapkan 5 tahun lagi akan mampu menjadi salah satu organisasi desa yang bertaraf internasional.(afm)
