Notification

×

Indeks Berita


Kepala Labor FDOK Unand Diminta Tangani Covid-19 di Surabaya

Senin, 20 Juli 2020 | Juli 20, 2020 WIB Last Updated 2020-07-20T10:55:36Z
Dr Andani (baju biru) dalam pertemuannya dengan Walikota Surabaya, Tri Rismaharini.(f:dok disway)
padanginfo.com - SURABAYA - Dinilai sangat besar perannya dalam keberhasilan Sumbar menangani Covid-19, Kepala Laboratorium Diagnostik dan Riset Penyakit Infeksi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas, Dr dr Andani Eka Putra MSc mendapat tugas baru di Surabaya. Ia mendapat tugas langsung dari Kepala BNPB Letjen TNI Doni Monardo.

Walikota Surabaya Tri Rismaharini langsung menyetujui pembangunan labor baru untuk penanganan dan pemeriksaan virus covid-19 yang terus meningkat di Surabaya dan Jawa Timur.

"Malu saya, Surabaya punya segalanya tetapi tidak ada labor yang memadai," Risma dalam pertemuannya dengan Dr Andani, Minggu (19/07/2020) malam.

Seperti yang diulas Dahlan Iskan dalam blognya Disway.id, Dokter Andani bersama Alghozi Ramadhan, si Melinial Nakal, memang lagi di Surabaya. Mereka diajak Letjen Doni Monardo ke Surabaya. Ketua BNPB itu memang prihatin akan keadaan Surabaya. Yang lagi dinyatakan sebagai daerah merah-hitam.

Usai bertemu dengan Gubernur Jatim, alam itu di kantor Harian DI’s Way, Dokter Andani sudah pamit Dahlan Iskan. Ia akan ikut ke Makassar keesokan harinya.

Tapi di halaman, tulis Dahlan pula, ia dicegat Wakil Ketua DPRD Surabaya, Reni Astuti. Politisi PKS itu berusaha mencari hubungan agar Dr Andani bisa bertemua dengan sang wali kota.

”Besok jam 7 pagi saya diterima Bu Risma”, tulis Andani di WA-nya.

Begitu selesai pertemuan dengan Bu Risma itulah Andani merasa lapar. Langsung minta masakan Padang.

Dokter Andani lega sekali, sebut Dahlan. Ia memberi pujian yang tinggi pada Bu Risma. ”Beliau langsung setuju dan langsung action,” ujar Andani.

Pertemuan itu berlangsung di rumah dinas wali kota. Sampai lama sekali. Lebih dari dua jam. Setelah pertemuan, Dokter Andani langsung diajak ke satu lokasi, agak di pinggir kota.

Itulah lokasi yang akan dijadikan laboratorium baru untuk Covid-19 Surabaya.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya sendiri, dr. Febria Rachmanita yang mengantar Dr Andani. Di Surabaya, sebut Dahlan, Febria memang dikenal sangat dekat dengan Bu Risma. Dialah yang pagi itu menemani Bu Risma dalam pertemuan dengan Andani.

Pagi itu juga, banyak sekali yang langsung dilakukan Febria. Dia sama cekatannya dengan Bu Risma. Dia pimpin sendiri percepatan penyelesaian laboratorium "baru" itu. Yang manajemennya akan didukung penuh Andani dan BNPB.

Dokter Andani menilai bangunan untuk lab itu sudah cukup bagus. BNPB, katanya, pasti siap membantu alat apa saja. Termasuk mesin PCR. Pun akan membantu pengadaan reagan yang kini harganya kian mahal.

Selesai pertemuan dengan Bu Risma itu, Andini juga langsung berkomunikasi dengan Letjen Doni Monardo. Dari hasil komunikasi itulah ia bisa menjamin: bantuan peralatan dari pusat itu akan segera tiba di lab milik kota Surabaya.

Saya ikut terharu ketika dokter Andani menceritakan perasaan Bu Risma. ”Beliau itu ibaratnya ingin sekali mengatasi Covid-19 di Surabaya. Surabaya itu punya segala-galanya. Tapi tidak punya laboratorium yang memadai,” ujar Andani.

Yang membuat Andani juga lega adalah adanya kesepahaman bahwa angka positif nanti akan naik drastis. Dan itu tidak apa-apa. Tidak akan merasa malu. ”Sikap seperti ini penting sekali untuk mengatasi penularan Covid-19,” ujar Andani.

Maka Bu Risma pun membuat putusan cepat. Agar sebanyak mungkin tes PCR dilakukan di Surabaya. Bisa dimulai seminggu lagi. Kapasitas lab akan dinaikkan drastis secara bertahap.

"Maka jangan kaget kalau angka-angka baru penderita Covid-19 akan melonjak di Surabaya. Tapi itulah kenyataan yang riil. Yang tidak perlu disembunyi-sembunyikan.
Dengan memperbanyak tes seperti itu --meski pun pahit-- rantai penularan bisa diputus," tulis Dahlan pula.

Ketika angka positif di Surabaya nanti melonjak, daerah lain jangan sampai mencemooh dulu. Bisa jadi daerah lain itu lebih parah --hanya saja masih tersembunyi.

"Memang memperbanyak pemeriksaan itu tidak bisa jalan sendiri. Harus diikuti dengan sistem monitoring yang ketat. Monitoring secara manual tidak mungkin lagi," ujarnya.(afr)

Tag Terpopuler

×
Berita Terbaru Update