Sandra (duduk) dan Sherly (berdiri). Dua Putri Suhasril berdoa setelah di pemakaman. |
Catatan Indra Sakti Nauli
padanginfo.com-PADANG-Saya tak ingat kapan kenal pertama dengan Da Ril Tapi dalam perjalanan hidup kami menjadi dekat dan saling berkomunikasi.
Suhasril Sahir (alm) |
Biasanya Da Ril enggan memberi tahu sebelum berita yang dikirimnya itu betul-betuk dimuat. Tapi belakangan dengan cara saya sendiri, berita da Ril bisa saya dapatkan. Tinggal saya mengembangkan materidari yang telah dimuat Sinar Harapan.
“Jam bara da Ril jago pagi tadi…?" tanya seorang teman.
Seingat saya, da Ril memang bangun pagi-pagi, mandi dan shalat tahajud. Sampai
kemudian Shalat Subuh.
Yang saya ingat, kalau selesai debat kusir ini, Da Ril akan pamit, meninggalkan warung. Lalu mengucapkan kata…”lah, maaf-maaf se awak yo,” ujar Da Ril sambil tersenyum dan menarik Vespanya meninggalkan kawasan Pondok.
Dengan saya pun, Da Ril tak kalah
usilnya. Saat sedang ramai berkumpul, Da Ril meledek saya untuk secepatnya
babini. “Angku alun juo babini lah lai. Jo si anu se lah. Cocok mah…” Pernah juga Da Ril menawarkan seseorang kepada saya.
Karena sering diuang-ulang tentu
panas hati dan telinga. Karena belum dapat jodoh. Kali berikut saya dapat
senjata pemukul.
Skak…
“Jan acok-acok juo minum ka Pondok.
Lah bantuak urang Cino Da Ril Nampak,” guyon saya lagi.
Itulah goyon-goyon kami. Selesai tanpa ada rasa saling sakit hati. Dan sebelum berpisah, kembali Da Ril menutup dengan kata "maaf-maaf se awak yo,"
Di tahun 1992, kami wartawan Pos Kantor Gubernur mengikuti misi pariwisata ke Singapura dan Malaysia. Lagi-lagi Da Ril minta disekamarkan dengan saya.
Ada yang masih saya ingat waktu kunjungan ke Singapura. Da Ril mengatakan, ada teman SMAnya yang sukses dan sudah menjadi warga Negara Singapura.
“Angku pai yo, beko siang awak nyo japuik..”
Benar saja. Waktu istirahat siang, kami izin ke rombongan. Kami dijemput dengan mobil mercy dan dibawa makan ke rumah makan nasi Padang di kawasan Changi, milik teman Da Ril ini.
“Nan padusi tu kawan SMA ambo mah. Uda nyo urang Melayu,” jelas da Ril di kamar hotel. Besoknya, sebelum berangkat ke Malaysia, kami dijemput lagi. Dibawa keliling kota Singapura.
Sejak pensiun di Suara Pembaruan, kami tak lagi saling berbagi informasi. Da Ril tetap menjaga kewartawanannya dengan menjadi konributor di Mingguan Canang yang dipimpin Nasrul Siddik dan Mingguan Serambi Pos, koran solmednya Yurman Dahwat.
Setiap sore, selepas jam kantor, kami dan beberapa kawan lain, sering kongkow di ruangan Ali Basar, Kabag Keuangan, di Balai Kota M.Yamin. “Jemaahnya” beragam. Tapi sudah banyak juga yang almarhum. Seperti Batukar (Kepala Dispenda Padang), Naswardi (wartawan Singgalang), Syaiful Anwar (konraktor), Salman Alfarisi (Polisi), Mulyadi Karim (Pensiunan), Zainal Ibrahim (pensiunan). Meski Ali Basar berpindah-pindah jabatan, ruang kerjanya tetap ramai dikunjungi. Di sini, kalau Da Ril sudah masuk, suasana berubah. Selalu membawa dua bungkusan. Satu bungkus plastik gorengan dan satu lagi hoax. Ada-ada saja cerita yang dibawa Da Ril. Sampai kami ketawa-ketiwi.
Sejak Ali Basar pensiun sebagai ASN, Tak ada lagi Posko Sore. Saya bertemu Da Ril lebih sering di kantor PWI Sumbar.
Sebagai basa-basi saya tanyakan keadaannya. Dua putrinya Sandra dan Sherly yang sejak bocah sudah saya kenal, sudah memberinya dua cucu. Saya pergi baralek keduanya dulu. Apapun perkembangan pendidikan Sandra dan Sherly, Da Ril selalu menceritakan ke saya penuh bangga. Dua anak gadisnya itu pintar dan juara di sekolah.
"Anaknya pintar, bapaknya tak..." guyon saya.
Sampai kemudian keduanya menjadi ASN tenaga
keperawatan. Da Ril menceritakan penuh
bahagia.
“Ambo acok di Payakumbuah. Manjago
anak Sherly,” sebut Da Ril suatu kali. Kali lain waktu saya kontak tilpon, Da
Ril masih menyebut di Payakumbuh.
“Kamarilah angku, maota-ota awak,”
Saya terakhir kali bertemu Da Ril
di kantor PWI Sumbar sekitar dua bulan lalu. Tak ada keluhan kesehatan yang
disampaikan. Tiga hari menjelang kepergiannya, saya teringat saja dengan Da
Ril. Ada niat untuk mengontak. Tapi lupa.
Menuju pemakaman |
Senin pagi, 3 Mei 2021, sekira jam 10.00 WIB alangkah terkejutnya membaca WA grup PWI. Da Ril sudah berpulang ke Rahmatullah dalam usia 69 tahun.
. Inna lillahi wa Inna
Illaihi Rajiun.
Lama saya termenung. Seakan tidak percaya.
Karena ada urusan kerja yang tak bisa ditinggalkan, saya tak sempat melihat Da Ril bersermayam di kediamannya Komplek Perumnas Pegambiran. Tapi masih sempat mengejar waktu hingga ikut menyalatkan yang diimami oleh menantunya Irfan, suami Sherly dan mengantar ke pemakaman di Bukit Pegambiran.
Saya bersaksi Da Ril orang baik.
Senyum Da Ril masih saya lihat saat kafan penutup wajah dibuka di pemakaman.. Pertanda Da Ril
husnul khotimah menyambut kedatangan malekat Jibril.
Saya saksikan dua putrinya sesunggukan menyiramkan bunga setelah pusara ditimbun. Saya jadi haru. Ikut meneteskan air mata.
Semoga Allah menempatkan Da Ril di
surgaNya.#