Dr. Yusril Katil dan Kepala Dinas Kebudayaan Sumbar ketika memberi keterangan pers terkait penyelenggaran Festival Pamenan Minangkabau (FPM) 2022 , di Padang, Kamis (3/11/2022)
padanginfo.com-PADANG- Festival Pamenan Minangkabau (FPM) 2022 harus menjadi virus yang harus ditularkan kepada komunitas seni
lainnya, menyusul vakumnya aktifitas kesenian akibat pandemi hampir 3 tahun
terakhir melanda negeri ini
Direktur Program FPM
2022 Dr. Yusril Katil menyebut, Festival
ini akan memberi spirit buat pelaku seni untuk bangkit berkarya pasca pandemi, juga mendorong pelaku dunia usaha berkolaborasi menampilkan produk kuliner
mereka pada ivent ini.
“Tak ada kata terpuruk bagi pelaku seni dan dunia usaha,
kita harus bangkit, bahkan dalam ivent ini kita juga mengundang pengusaha yang
bisa membeli produk seni untuk dijual di daerah mereka,” kata Yusri, yang diampingi Kadis Kebudayaan Sumbar Syaifullah
dan Kurator Nasrul Azwar dalam jumpa
pers di Dinas Kebudayaan Sumbar, Kamis (3/11/2022)
Festival Pamenan Minangkabau (FPM) 2022 akan digelar di
Istano Si Linduang Bulan Pagaruyaung, Tanjung Ameh, Tanah Datar, pada 11-13
November 2022 akan dibuka Gubenur Sumbar. Festival ini didukung penuh
Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan
Teknologi dalam bentuk program hibah
Fokus festival ini adalah pemanfaatan ruang Minangkabau termasuk sebagai
ruang publik produktif bagi pelaku budaya dan masyarakat luas. salah satu upaya
merawat, reaktualisasi kekayaan emeliharaan,
penyelamatan dan kemanfaatan seni dan budaya Minangkabau, sekaligus
merealisasikan 10 objek pemajuan kebudayaan Nomor 5 Tahun 2017 untuk
kesejahteraan masyarakat.
Festival ini diklasiikasikab dalam bagian utama:
1. Pamenan Seni Tradisi Anak Nagari (randai, cimuntu, lukah
gilo, saluang dan dendang, musik talempong, permainan tradisi anak nagari dan makanan
khas Minangkabau dan lain sebagainya)
2. Pementasan Seni Inovasi (Modern) Berbasis Tradisi
Minangkabau (musik, tari, teater, dan kolaborasi lainnya)
3. Pameran Digital Naskah dan Foto 60-an hingga 2020 dalam
bentuk digital dan konvensional sebagai upaya merawat ingatan kolektif publik
atau masyarakat terhadap sejarah perjalanan teater di Sumatera Barat
4. Diskusi Kelompok Terpumpun (DKT) dengan tema
“Mengoptimalkan Fungsi Rumah Gadang sebagai Ruang Publik” yang akan diikuti
ninik mamak, budayawan, seniman, akademisi, bundo kanduang, dan lainnya
5. Balai Pamenan Cepak Tanah Data), Ekspo UMKM dan sovenir
lainnya
“Titik berangkat perancangan festival ini dimulai dari
konsep pamenan sering digunakan pepatah, petitih, pasambahan, masyarakat
Minangkabau mempunyai empat tempat untuk melakukan aktivitas sosialnya termasuk
(rantau/galanggang), dan balai adat mengkolaborasikan dalam peristiwa budaya
dengan kerangka kreatif ‘inspirasi rumah gadang’ dengan mengoptimalkan ruang,” kata
Yusril Katil
Dijelaskannya, setelah melewati proses dan kerja kuratorial,
ada 16 kelompok yang akan tampil pada Festival Pamenan Minangkabau ini dengan
genre dan basis kreatif yang berbeda. Semua tampil memanfaatkan ruang halaman
rumah gadang. “Kegiatan ini juga dikombinasikan dengan aktivitas usaha souvenir
dan makanan khas dari nagari-nagari kita buka untuk pelaku usaha selama iven
ini berlangsung. Selain itu, ada juga permainan tradisi sipak rago dan
cimuntu,” terang Yusril Katil, yang juga pengajar di ISI Padang Panjang ini.
(ak)