"Mengusung semangat kebudayaan sebagai fondasi peradaban, acara ini bukan sekadar peringatan ulang tahun, tetapi juga menjadi ruang reflektif bagi sivitas akademika dan masyarakat untuk menggali kembali nilai-nilai luhur yang terkandung dalam karya-karya sastra dan budaya lokal," ujar Ketua Hamas Isa Kurniawan
Dalam sambutannya Isa mengatakan, kegiatan yang dilakukan Hamas dan PSH Unand untuk mengenang karya-karya dari maestro Makmur Hendrik.
Di sisi lain, lanjutnya. acara juga untuk menyoroti kegelisahan akan menurunnya minat dan kualitas dalam dunia kepenulisan.
“Siapa lagi yang akan menjadi penulis hebat di masa depan jika tidak ada pemantik? Mahasiswa harus lebih berani berkarya dan melahirkan tulisan fenomenal seperti Makmur Hendrik,” ujar alumni FMIPA Unand ini.
Dalam acara ini, sejumlah tokoh, sahabat, murid dan lainnya ikut mengisi acara dengan testimoni dan pembacaan puisi.
Ketua Departemen Ilmu Sejarah sekaligus perwakilan PSH Universitas Andalas Dr. Zuqaiyyim, M.Hum menyatakan rasa bangganya atas terselenggaranya kegiatan ini. Ia berharap orasi budaya semacam ini dapat menjadi inspirasi bagi generasi muda untuk lebih mencintai dan melestarikan seni serta budaya lokal.
Sekretaris Universitas Andalas, Dr. Aidinil Zetra, S.IP., MA., menekankan pentingnya menggali kembali pesan-pesan moral dan filosofi kehidupan dari sosok Makmur Hendrik.
“Beliau adalah representasi budaya Minangkabau yang karyanya tidak hanya kaya nilai budaya, tetapi juga menyimpan pesan moral yang mendalam,” tuturnya.
Makmur Hendrik merupakan penulis novel "Tikam Samurai", "Giring-Giring Perak", "Si Bungsu" dan lainnya yang dimuat berkala di Harian Singgalang dibera 1980an-2000an.
Dari beberapa novel tersebut sudah diangkatkan ke layar lebar.Namun yang melegenda adalah Tikam Samurai yang menurut Makmur Hendrik adalah novel realita sejarah di masa penjajahan Jepang.
Di samping penulis, wartawan dan seniman, Makmur Hendrik kelahiran Buluh Cina, Siak. Riau 7 Juni 1947 dikenal sebagai Aktivis Angkatan 66 dulunya sewaktu sekolah STM di Bukittinggi dan pendiri perguruan silat Pat Ban Bu (Empat Banding Budi) tahun 1975 lalu. Kemudian dalam perjalanan hidupnya, Makmur Hendrik dikenal sebagai wartawan, memimpin sejumlah surat kabar sebelum reformasi, cerpenis dan novelis.
Makmur Hendrik cukup lama menjadi Ketua IPSI Sumbar di era 1980an dan fenomenal dengan pertarungan silat tradisional yang dikenal dengan turnamen silat Gelangang Silih Berganti.
Makmur Hendrik juga pernah menjadi Komisioner KPU Riau.
"Sahabat saya Makmur Hendrik adalah sosok yang berdedikasi tinggi " sebut DR. Syaifullah. seorang eksponen 1966.
Makmur Hendrik mengungkapkan, cerita Tikam Samurai 10 persennya adalah fakta. Salah satu yang dia angkat adalah soal kebiadaban tentara Jepang saat memperkosa perempuan-perempuan di Situjuah, Ladang Laweh.
"Tikam Samurai saya tulis dengan marah dan dendam. Tikam Samurai lahir dari amarah dan kebencian kepada negara penjajah. Tikam Samurai juga memberi isyarat atau memberi ingat, kalau tidak waspada, kasus penjajahan akan terulang. Mungkin bukan penjajahan secara fisik, tapi dijajah secara mental ataupun moral," ungkapnya.
Dalam orasinya. Makmur Hendrik menekankan bahwa bangsa yang besar tidak ada artinya kalau tidak punya harga diri dan persatuan. Apalagi kini, di tengah gonjang ganjing politik. dia melihat masyarakat negeri ini semakin individualis dan tidak peduli kepada bangsa.
Dalam acara ini beberapa tokoh juga didapuk menyampaikan testimoni terhadap perjalanan karir Makmur Hendrik.
Irjen Pol (Purn) Syafrizal Ahiar, seorang murid pertama Makmur Hendrik di Pat Ban Bu mengungkapkan. bagaimana karya Makmur Hendrik selalu menyampaikan pesan moral.
"Apapun yang ditulis, semuanya menyampaikan pesan moral," ujarnya.
Pemimpin Redaksi Harian Singgalang, Khairul Jasmi dalam testimoninya menyebut, ada simbiosis mutualisme antara Singgalang dan Makmur Hendrik. Di satu sisi Makmur terkenal karena Singgalang, di sisi lain Singgalang ditunggu karena cerbung Tikam Samurai-nya.
Cerpenis yang juga Guru Besar Emeritus UNP, Prof. Harris Effendi Thahar menyebut, Makmur Hendrik seorang gurunya dalam dunia kepenulisan dan kewartawanan semasa di surat kabar Singgalang era 1970an.
"Bang Makmur itu senior saya (Fakultas)Tekhnik IKIP (kini UNP). Saya dulu sering kena plonco " sebut cerpenis yang fenomenal dengan cerpen Si Padang.
Selain testimoni dari sahabat, tokoh dan murid silatnya. acara Memperingati 78 Tahun Makmur Hendrik diisi dengan pembacaan puisi oleh DR. Andrea C.Tamsin, seniman yang juga Dosen UNP, teaterawan Rizal Tanjung. Fauzul El Nurca, DR. Zayardam Adam, Ketua Kogami Patra Rina Dewi dan lainnya. (*/in)