Pembahasan buku Restropeksi, 40 Tahun Ery Mefri berkarya. Dari kiri Hendra Makmur, Indra Utama dan Nasrul Azwar. ,,(Foto: Indra Sakti Nauli).
Padanginfo.com-PADANG- Selama lebih kurang empat bulan berlangsung, KABA Festival, ajang pagelaran seni dari Nan Jombang Dance Company (NJDC) berakhir dengan diluncurkannya buku Retrospeksi.”,yang disusun oleh budayawan Nasrul Azwar dan Dr, Hermawan, Senin 23 Juni 2025 di lading tari NJDC.
Peluncuran buku Retrospeksi, perjalanan Ery Mefri selama berkarya, 1988-2025 ditandai dengan diskusi dan bedah buku dengan pembicara Indra Utama, M.Sn, PhD, dosen ISI Padang Panjang, editor buku Nasrul Azwar dan dimoderatori oleh wartawan Hendra Makmur.
Dalam buku Retrospeksi perjalanan Ery Mefri, editor mencatatkan tiga proses kegiatan seni yang digagas oleh grup tari Nan Jombang. Yakni, Gelanggang Tari Sumatera, Padang Bagalanggang dan terakhir KABA Festival.
“Buku ini bukan sekadar dokumentasi, melainkan cermin dari proses kolektif dan kolaboraif seorang Ery Mefri,” sebut Nasrul Azwar.
Menurut Narul Azwar, sebagai koreograf, Ery Mefri telah menciptakan ruang seni yang luas dan mampu membawa nama harum daerah nan negara di kancah dunia. Meski di daerahnya sendiri mendapat ruangan yang sempit.
Dalam catatan Nasrul Azwar, Ery Mefri yang pada awalnya menamai sanggarnya Nan Jombang, berdiri 1 November 1988 di Taman Budaya, telah menjadi simbol dedikasi tanpa batas terhadap seni dan kebudayaan dalam aspek luas.
Dikatakan, meski karya-karya Ery Mefri adalah tari kontemporer. Namun Ery tidak melepaskan diri dari akar bdaya Keminangkabauan. Karya ERy Mefri landasan dasar penciptaannya tetap pada seni tradisi Minangkabau.
Dicatatkan oleh NasrulAzwar, tiga periode perjalanan Ery Mefri dalam berkesenian mengalami pasang surut. Ada masa susah, ada masa bahagia, terutama dalam pembiayaan dan operasional menghidupkan sanggar.
Proses demi proses yang dilalui itu akhirnya sampai pada jalan terang, hinmgga dunia mengundang NJDC untuk tampil di berbagai belahan benua, Australia. Amerika. Eropa dan Asia.
Sahabat koreografer Ery Mefri, Indra Utama, M,Sn, PhD, membenarkan catatan kesusahan yang dialami Ery Mefri dengan Nan Jombangnya.
Menurut keponakan maestro seni almh. Huriah Adam, awal 40 tahun yang lalu dirinya dan Ery Mefri sering berbagi curhat dalam berkarya.
Indra menyebut Ery Mefri sosok yang tahan banting menghadapi situasi dan prilaku birokrasi dalam menghadapi panggung seni, khususnya kontemporer.
Katanya, proses kreatif Ery Mefri tidak semua koreografer bisa melaluinya. Institusi seni telah banyak melahirkan koreografer. Namun yang muncul ke permukaan dan berekspresi bisa dihitung.
Indra menjelaskan, tiga kegiatan yang digagas Ery Mefri, dimulai dari Gelanggang Tari Sumatera, Padang Bagalanggang dan KABA Festival telah mewarnai panggung seni kontemporer, tidak saja bersifat lokal tapi juga mendunia.
“KABA Festival adalah magnet dari segalanya,” sebut Indra Utama.
Koreografer Ery Mefri, yang pada 23 Juni 2025 tepat berusia 67 tahun mengatakan, perjalanan grup tari Nan Jombang bila ditarik ke belakang banyak sedih daripada gembiranya.
Banyak air mata yang menetes dan kering sendiri. Tapi untuk menumbuhkan proses kreatif, untuk sebuah marwah seni tari, Nan Jombang menerobos jalan terjal itu.
Terkait KABA Festival, jelas Ery Mefri, yang digagas sejak 2014 lalu, lahir dari proses untuk melahirkan karya seni yang inovatif dan tetap menjaga tradisi. KABA Festival dirancang sebagai ruang yang menempatkan proses artistik setara dengan hasil akhir.
Pada kegiatan KABA Festival X (ke 10) 2025 ini, yang telah dimulai sejak November 2024 mendapat dukungan dari Kementerian Kebudayaan dalam program strategis Dana Indonesia- LPDP. Kegiatan ditutup oleh Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah III, Nurmatias. (in).-