Dikatakan Vasko. pameran tidak sekadar mengenang usia biologis Arby Samah, tapi diharapkan mengenang usia karyanya, pengaruh kekuatan dan energi pada karya seni patung di Indonesia.
"Mudah-mudahan kekuatan ini tidak pernah mati. Kita juga berharap ada Arby Samah berikutnya, lahir penerus, pematung-pematung yang memiliki kekuatan seni luar biasa," katanya.
Kepala Dinas Kebudayaan Sumatera Barat Jefrinal Arifin mengatakan, warisan Arby Samah bukan hanya patung, tetapi cara berpikir, bagaimana seni tidak hanya bicara tentang bentuk, tetapi tentang identitas, keberanian, dan kebebasan ekspresi.
"Cara beliau menafsirkan seni patung sebagai refleksi spiritual, sosial, dan filosofis, menjadi inspirasi lintas generasi.," katanya.
Jefrinal mengatakan, selain karya Arby Samah, pameran tersebut juga diikuti karya pematung dari sejumlah negara seperti Belgia, Jepang, Malaysia, Nepal, Filipina dan pematung lokal dari Padang dan Yogyakarta yang dibuka hingga 23 Juni 2025.
Kurator pameran Ali Umar mengatakan, pameran tersebut adalah hasil dari kerja sama lintas generasi pematung.
"Kami mencoba menampilkan fragmen-fragmen penting dari perjalanan Arby Samah, karya-karya awal yang masih bergetar dengan semangat eksperimentasi, periode kematangan artistik yang penuh refleksi sosial, hingga karya-karya kontemplatif di usia senja yang justru semakin tajam dan jernih," katanya.
Di dalam ruang-ruang pamer kata, kata Ali, tidak hanya terlihat artefak, namun pengunjung dibawa mengunjungi lanskap batin seorang manusia yang tak pernah berhenti menyimak zaman dengan empati, kritik, dan harapan.
Sebelumnya mewakili keluarga putri almarhum Arby Samah, Anita Dikarina mengatakan, pameran patung ini merupakan ide yang sudah lama tertanam di pihak keluarga.
"Arby Samah adalah pelopor pematung abstrak nasional. Ada 200 orang pematung abstrak di Indonesia. Semua berangkat dari ilmu yang dituangkan Arby Samah " sebut Anita.
Salah satu ciri paling menonjol dalam karya Arby Samah adalah penghargaan mendalam terhadap sosok perempuan.
"Bagi Bapak, perempuan adalah penjaga nilai, sumber kekuatan, dan pusat keseimbangan budaya. Karya-karya seperti Gadis Desa, Kasih Ibu, dan Gadis dan Bujang Kupang bukan hanya menampilkan figur perempuan, melainkan menjadi refleksi penghormatan beliau terhadap perempuan Minangkabau yang lembut namun teguh, sederhana namun berpengaruh," sebut Anita yang didampingi dua saudaranya saat pidato, sebaimana dikutip dari Antara.
Pameran berlangsung dari 19-23 Juni di galeri seni Taman Budaya, Jalan Diponegoro Padang. (in).