padanginfo.com-PADANG- Ujaran kritik di media sosial (medsos) bila dicermati isinya lebih berbahaya daripada kritik yang ditampilkan pada seni pertunjukan. Anehnya, pihak penguasa melihat kritik seni pertunjukan bisa membuat instabilitas. Sehingga seni pertunjukan perlu dikawal dan diwaspadai.
Demikian intisari pandangan yang disampaikan Dr.Yusril Katil, S.Sn, M.Sn, dosen Institut Seni Indonesia Padang Panjang, pada sesi kedua Seminar Seni Pertunjukan yang diselenggarakan Nan Jombang Dance Company (NJDC), dalam rangka KABA Festival X/2025 di aula Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Padang. Rabu 13 Mei 2025.
Selain Yusril, pada sesi kedua seminar tampil pelaku seni performance dari Solo DR
Melati Suryodarmo dan teaterawan Kusen Alipah Hadi.
Dalam makalah bertajuk "Seni Pertunjukan di Sumatera Barat: Transformasi Sosial atas Praktik Berkesenian Ruang Fisik ke Ruang Virtual", Yusril mengatakan, setiap periode kekuasaan, selalu ada pembatasan terhadap karya seni pertunjukan untuk ditampilkan. Apakah itu di masa Orde Lama. Orde Baru maupun Orde Reformasi.
"Ada pertunjukan yang dilarang. Ada pertunjukan yang dibubarkan. Sementara di medsos bersileweran kritik tajam bahkan tanpa batas" sebutnya.
Menurut Yusril, hal itu adalah sebagai bentuk perubahan sosial yang terjadi di masyarakat. Termasuk perubahan politik, ekonomi, kebudayaan dan kesenian.
Sumatera Barat, jelas dosen dan juga aktor filem layar lebar ini, juga berada dalam kancah itu. Terjadi pertarungan antara seni di medsos dengan seni pertunjukan. Kehadiran buzzer, influencer dan netizen bisa mengubah opini publik dalam hitungan detik. Tidak demikian halnya dengan pertunjukan seni yang ditonton kalangan terbatas.
Sementara itu Melati Suryodarmo melihat, seni pertunjukan di tengah tantangan global saat ini untuk tidak terjebak dengan alur seperti kritik di medsoos.
Melati yang merupakan alumni Ilmu Politik Universitas Pajajaran ini lebih 20 tahun berdomisili di Jerman untuk menggeluti ilmu seni pertunjukan, performance.
Baginya, seni rupa pertunjukan lebih berhubungan dengan serangkaian tindakan yang dilakukan dan dipilih untuk mewakili pemikiran, yang berbasis pada proses riset dan dihadirkan dalam ruang dan waktu tertentu, di mana pintu-pintu persepsi kemudian menjadi tumbuh.
Sementara teaterawan yang juga pendiri Yayasan Umar Kayam, Kusen Slipah Hadi melihat, saatnya seni pertunjukan diserahkan kepada rakyat, tidak diurus negara.
Dalam makalah bertajuk "Seni Pertunjukan, Aktifitas Kewargaan dan Konsolidasi Sosial," Kusen yang dikenal dengan teater gandriknya itu menyebut, festival warga layak diberi kesempatan menjadi satu bagian penting dari proses demokrasi Indonesia.
KABA FESTIVAL
Seminar bertajuk "Menelisik Perubahan Sosial di Sumatera Barat Melalui Seni Pertunjukan" diikuti oleh kalangan seniman, budayawan dan akademisi seni.
Seminar merupakan bagian dari Kaba Festival X/2025 dan merupakan rangkaian peringatan 40 tahun NJDC.
Menurut Direktur Pertunjukan Angga Mefri, berbagai kegiatan sejak bulan Maret 2025 telah diselenggarakan. Mulai dari diskusi, pagelaran seni dan seminar. Kegiatan ini didukung oleh Dana Indonesiana dan LPDP.(in).