Pematangan persiapan Festival Lierasi dan Pamenan #2 antara Dinas Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Padang Panjang yang dipimpin oleh Kepala Dinas, Ampera Salim, bersama Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (DPK) Padang Panjang, Yan Kas Bari dan kabid, serta Komunitas Seni Hitam Putih (Afrizal Harun, Sahrul N, Kurniasih Zaitun, dan Ali Sukri) sebagai penyelenggara Festival Pamenan Minangkabau 2025, pada Kamis (24/7/2025).
padanginfo.com-PADANG PANJANG,--Kota Padang Panjang
akan disemarakkan oleh dua perhelatan budaya dan edukasi yang berlangsung
hampir bersamaan: Festival Literasi dan Festival Pamenan Minangkabau.
Kedua festival rakyat ini dipusatkan di kawasan Pusat Dokumentasi dan
Informasi Kebudayaan Minangkabau (PDIKM) Kota Padang Panjang, menjadi simbol
kolaborasi dalam menghidupkan nilai-nilai literasi sekaligus merawat kekayaan
budaya lokal.
Festival Literasi akan digelar lebih dulu, dimulai pada Jumat (25/7/2025)
hingga Ahad (27/7/2025). Sedangkan Festival Pamenan Minangkabau berlangsung
pada Sabtu–Ahad (26–27/7/2025).
Untuk pematangan persiapan Festival Lierasi dan Pamenan #2 dilakukan
pertemuan antara Dinas Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Padang Panjang yang
dipimpin oleh Kepala Dinas, Ampera Salim, bersama Kepala Dinas Perpustakaan dan
Kearsipan (DPK) Padang Panjang, Yan Kas Bari dan kabid, serta Komunitas Seni
Hitam Putih (Afrizal Harun, Sahrul N, Kurniasih Zaitun, dan Ali Sukri) sebagai
penyelenggara Festival Pamenan Minangkabau 2025, pada Kamis (24/7/2025).
"Pematangan pelaksanaan dua festival ini agar apa yang sudah kita
rencanakan dan siapkan jauh-jauh hari berjalan dengan baik. Kita berharap,
publik Kota Padang Panjang dan sekitarnnya dapat menikmati dan berpartisipasi
dalam kedua iven ini," jelas Ampera Salim.
Festival Literasi: Ruang Ekspresi dan Cinta Membaca
Memasuki tahun ketiganya, Festival Literasi menjadi salah satu agenda
unggulan DPK dalam mendorong budaya baca dan menulis. Kepala DPK, Yan Kas Bari,
menekankan bahwa festival ini merupakan ruang aktualisasi literasi yang tidak
hanya menampilkan karya, tapi juga proses pembelajaran yang melatarinya.
“Ini bukan sekadar ajang pameran. Ini adalah momentum untuk menampilkan
hasil proses literasi masyarakat, mulai dari membaca, menulis, hingga
mengekspresikannya dalam bentuk visual, seni, dan pertunjukan,” ujar Yan Kas
Bari.
Festival ini akan diisi oleh 50 stand, melibatkan kelurahan, sekolah, taman
bacaan masyarakat, pelaku UMKM, serta lembaga strategis seperti Bulog dan Bank
Indonesia. Sejumlah pejabat provinsi dan kepala DPK dari berbagai
kabupaten/kota di Sumatera Barat juga dijadwalkan hadir untuk menyaksikan
geliat literasi di Kota Serambi Mekkah ini.
Festival Pamenan Minangkabau: Warisan yang Dicintai dan
Dirawat
Diselenggarakan oleh Komunitas Seni Hitam Putih dan didukung oleh Program
Dana Indonesiana-LPDP dari Kementerian Kebudayaan, Festival Pamenan Minangkabau
#2 mengangkat tema “Padusi di Rumah Gadang”. Tema ini menggambarkan peran
sentral perempuan Minangkabau sebagai Limpapeh Rumah Nan Gadang, penjaga
nilai-nilai budaya dan pengikat harmoni dalam tatanan adat.
Direktur Festival, Afrizal Harun, menjelaskan bahwa “pamenan” dalam konteks
budaya Minangkabau berarti segala sesuatu yang dicintai dan dirawat oleh
masyarakat. Nilai-nilai ini hadir melalui empat unsur utama: kato (kata), mato
(penglihatan), talingo (pendengaran), dan raso (perasaan)—yang dituangkan dalam
pertunjukan tari, musik, hingga atraksi budaya lainnya.
Festival kali ini menghadirkan 20 pamenan, didominasi oleh partisipasi
perempuan dari berbagai komunitas, termasuk kelompok lansia dan organisasi
Bundo Kanduang, yang akan menampilkan Mars Bundo Kanduang sebagai simbol
kehormatan terhadap kiprah perempuan.
"Salah satu sesi yang menarik adalah halakah budaya, forum diskusi
reflektif yang mengeksplorasi peran perempuan Minangkabau dari masa ke masa,
baik dalam ranah domestik, publik, maupun kebudayaan," kata Afrizal Harun.
Festival ini juga melibatkan kolaborasi lintas sektor. Dinas Perumahan,
Kawasan Permukiman dan Lingkungan Hidup (Perkim LH) menghadirkan program
edukasi tentang mitigasi sampah. Selain itu, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan,
serta Dinas Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga turut mendukung dengan beragam
program sinergis.
Kurator Festival, Sahrul N, menambahkan bahwa konsep "pamenan"
merupakan ekspresi mendalam dari identitas budaya Minangkabau.
“Segala hal yang dicintai dan dirawat oleh masyarakat Minang itu bermula
dari Rumah Gadang. Dari sanalah lahir nilai, rasa, dan makna kehidupan,” tutur
Sahrul N yang didamping Kurniasih Zaitun dan Ali Sukri, yang juga panitia dari
Komunitas Seni Hitam Putih.
Kedua festival ini diharapkan tidak hanya menjadi ajang hiburan, tapi juga
ruang edukasi dan refleksi kultural yang memperkuat jati diri masyarakat
Minangkabau di tengah arus perubahan zaman. (*/ak)