Notification

×

Iklan

Iklan

Diskusi Mingguan Kuflet Padang Panjang Menampilkan Perupa Hamzah

Minggu, 31 Agustus 2025 | 8/31/2025 WIB Last Updated 2025-08-31T01:04:25Z


    Perupa Hamzah saat diskusi

padanginfo.com-PADANG- PANJANG – Komunitas Seni Kuflet Padang Panjang kembali menggelar diskusi mingguan pada Sabtu (30/8) dengan menghadirkan narasumber tamu, Hamzah, S.Sn., M.Sn., dosen Seni Murni Institut Seni Indonesia (ISI) Padang Panjang dimoderatori Fajri Rahmat Ilahi. Kali ini diskusi bertajuk Seni Rupa Kontemporer. Ujar Bendahara Kuflet Maharani.


Narasumber  Hamzah, S.Sn., M.Sn membagikan pengalaman pribadinya di dunia seni dan memberikan  dasar-dasar mengenai Senirupa Kontemporer.  Seni Kontemporer tidak terlepaskan dari perjalanan panjang sejarah seni. Masa lalu seniman sering berkarya atas permintaan penguasa atau lembaga, seperti melukis mural gereja atau membuat potret raja. Namun, seiring perkembangan zaman, seniman mulai memperjuangkan kebebasan individu. Papar Alumni Magister Seni Rupa ISI Yogyakarta.

Salah satu peserta, Nofal, bertanya apakah seni abstrak termasuk bagian dari seni kontemporer. 

Hamzah menyatakan seni abstrak sering disalahpahami. Banyak orang mengira lukisan abstrak bisa dibuat siapa saja, bahkan anak kecil sekalipun. Padahal, seni rupa abstrak merupakan puncak dari perkembangan seni rupa. Untuk memahaminya, kita harus menguasai unsur-unsur dan prinsip seni rupa terlebih dahulu. Barulah inspirasi, refleksi, pengalaman, serta akumulasi pikiran dan perasaan seniman menyatu dalam karya tersebut.  Jelas Perupa yang telah malang melintang ke seantero dunia. 

Hamzah menambahkan warna dalam karya seni berkaitan dengan psikologi warna. Ada warna panas, warna dingin, konvensi umum, dan juga simbol pribadi dari masing-masing seniman. Jadi, warna bisa dimaknai lebih luas daripada sekadar bentuk aslinya.  Sementara prinsip desain seperti nirmana yang kerap bersinggungan dengan seni kontemporer. Ujarnya.

Diskusi bertambah menarik ketika Tika salah seorang peserta bertanya hubungan seni kontemporer dengan kaligrafi. 

Hamzah menjelaskan dan sekaligus membedakan antara kaligrafi klasik dan kontemporer. Kalau kaligrafi naskah atau klasik memiliki standar tertentu, biasanya hitam polos dengan aturan baku. Sementara kaligrafi kontemporer bebas menggunakan warna, asalkan hasil akhirnya membentuk satu kesatuan yang indah dan menarik.  Tuturnya (*/ Teuku Faruq)
×
Berita Terbaru Update